Senin, 04 April 2011

Mempertahankan Nilai Budaya Banjar




Oleh: HE. Benyamine

Pijakan berpikir wali kota lebih menegaskan kebanggaan nilai budaya. Sungai sejak awal berdirinya Kota Banjarmasin merupakan bagian tak terpisahkan dari perkembangan budaya Banjar.
Lontaran pemikiran Walikota Banjarmasin membangunan rumah dinas menghadap ke sungai merupakan suatu pandangan yang mengarah ke dapan dan lebih maju dalam arah pembangunan kota Banjarmasin.
Pandangan ini merupakan kesadaran atas keberadaan sungai bagi kota Banjarmasin, sebagai sumberdaya dan aset yang saat ini mulai tenggelam (terkubur), yang mengarahkan kembali sungai sebagai halaman depan rumah.
Perubahan pandangan terhadap sungai, dari masa lalu sebagai halaman depan, lalu menjadi halaman belakang, dan kemudian oleh walikota Banjarmasin digagas kembali menjadi halaman depan sebagai bentuk penegasan bahwa ini Banjarmasin kota seribu sungai.
Di samping itu, pijakan berpikir walikota lebih menegaskan kebanggaan pada nilai budaya, yang secara langsung menegaskan bahwa ada sesuatu yang ditelantarkan selama ini. Sungai-sungai yang sejak awal berdirinya kota Banjarmasin menjadi bagian pijakan yang tak terpisahkan dari perkembangan budaya Banjar.
Apalagi, cara berpikir yang dapat dengan tanggap terhadap harga yang harus ditanggung dari uang rakyat hanya untuk rencana renovasi rumah dinas beserta segala fasilitasnya yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan harga jika membangun rumah dinas baru.
Dengan cara berpikir seperti itu, memberikan kemungkinan untuk menentukan pilihan berdasarkan pada kebanggaan terhadap nilai budaya yang selama ini seperti tidak diperhatikan, selain itu lebih mengoptimalkan penggunaan uang rakyat.
Pembangunan rumah dinas Walikota Banjarmasin yang menjadikan sungai sebagai halaman depan, sebagaimana pada masa kerajaan, apalagi arsitektur mengacu pada rumah adat Banjar, merupakan suatu perwujudan cara pandang yang menghargai khasanah budaya dan sekaligus sebagai upaya melestarikannya.
Gagasan itu memang perlu mendapatkan masukan dari berbagai ahli dan berbagai pihak, seperti kalangan budayawan dan ahli arsitektur, untuk lebih memperkuat dan mendekatkan pada nilai-nilai budaya dari sebuah rumah sebagaimana raja-raja pada masa lalu yang akan ditempati Walikota “raja” Banjarmasin.
Dengan menjadikan sungai sebagai halaman depan, walikota Banjarmasin sebagai pioner lewat perwujudan rumah dinas yang menghadap ke sungai, akan membuka berbagai pandangan yang lebih perspektif dan maju terhadap keberadaan sungai di Banjarmasin.
Berbagai peluang dapat mengiringi gagasan itu, terutama kalangan menengah ke atas yang mempunyai kemampuan finansial untuk membeli rumah di pinggir sungai lalu membangunnya kembali dengan arsitektur rumah adat Banjar sebagai aset prestisius. Hal itu yang secara tidak langsung membantu pemerintah kota dalam penataan bangunan di pinggir sungai yang lebih memiliki estetika dan ramah lingkungan.
Rumah dinas walikota Banjarmasin tersebut juga dibangun dermaga untuk kapal dinas walikota yang pada saat melakukan perjalanan selalu membunyikan sirine sebagaimana di jalan raya, yang mana hal ini dapat dijadikan bunyi yang mengingatkan bahwa sungai sangat berharga bagi kota Banjarmasin. Pada beberapa lokasi juga dibangun dermaga yang menjadi titik persinggahan bagi walikota dan masyarakat dalam melakukan kunjungan kepada warga masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai atau lokasi tertentu.
Kunjungan-kunjungan walikota Banjarmasin dengan kapal dinasnya menyusuri sungai-sungai memperlihatkan kepada pejabat di pemko bagaimana keadaan sungai dan segala permasalahannya, sehingga lebih mengenal dan memperhatikan keberadaan sungai-sungai tersebut.
Berbagai pihak dapat tergiring untuk lebih menyadari pentingnya sungai karena ada komitmen yang dapat dilihat langsung melalui bangunan rumah dinas walikota Banjarmasin yang menghadap ke sungai dan bunyi sirine kapal dinas walikota dalam melakukan sebagian perjalanannya ke tempat-tempat tertentu yang dapat dilalui melalui sungai.
Masyarakat secara perlahan terdorong untuk memperlakukan sungai dengan baik, karena pemerintahan di tingkat kelurahan yang lebih bersinggungan secara langsung dengan kehidupan warga berkomitmen untuk menjaga sungai.
Gagasan walikota Banjarmasin untuk membangun rumah dinas walikota yang berada di pinggir dan menghadap sungai merupakan suatu sikap dan pola pikir yang terikat dengan nilai budaya Banjar (khusus di Banjarmasin) dan mempunyai pandangan jauh ke depan dan maju dalam pembangunan dan perkembangan kota Banjarmasin selanjutnya. Gagasan itu akan membuka pandangan warga masyarakat dalam memandang sungai sebagai halaman depan rumah dan penting sebagai acuan dalam tata ruang kota Banjarmasin yang lebih ramah lingkungan dan berbudaya.
Pemikiran dan komitmen pemerintah kota yang bertumpu pada budaya dalam berbagai kebijakannya dapat mengembalikan kepercayaan diri dan mengangkat nilai-nilai budaya, sehingga dapat lebih kokoh dan terbuka dalam menyongsong kemajuan dan kemodernan kota yang lebih berwawasan lingkungan dan budaya.

(BANJARMASIN POST, 29 September 2010: 26)

Komentar :
Yang lebih penting sungainya perlu diperhatikan.Sebagian besar sungai2 di Bjm sudah musnah.Kembalikan sungai itu kemudian bangun rumah secara terencana dan teratur.Senonoh masih ada sungai satu dua yang mulai menyempit,bau tahi lagi.Kalau ada pemikiran Walikota akan membangun perumahan rumah dinas ,alangkah baiknya bangun perumahan rumah terapung sebagai rumah dinas,ini adalah kalau betul2 memiliki kebanggaan nilai budaya. Perumahan rumah dinas terapung ini adalah juga berfungsi agar mengingatkan jangan semena-mena membabat hutan dan membongkar lahan tambang batu bara membabi buta.Pencegahan banjir. Salam.(Arsyad Indradi)


Tidak ada komentar: